Sepasti mentari terbit di ufuk timur
Kemudian melepas lelah di sisi barat
Senyummu selalu menghiasi tidur
Ya, aku yang katamu malaikat
Mungkin sekali dua kali aku bertatap muka dengan guntur
Tidak menjadikanku ingat barangkali terlalu menyakitkan
Tetapi saat itu rasanya aku paling dicinta
Mereka ada tetapi kamu bersamaku
Saat itu, aku masih tidak menahu perihal gincu
Saat itu, aku masih tidak menjaga malu
Saat itu, aku masih mengaksara tak menentu
Saat itu, adalah dulu
Barangkali cinta itu buta, kamu bahkan tidak punya mata
Aksara yang terucap berubah menjadi tawamu
Salah yang berulang menjadi senyum hangatmu
Aku bahkan sengaja membodohi diri
Kamu masih semakin mencinta
Lalu sekarang, apa yang terjadi antara kita?
Kamu menahan rasa, aku tidak dapat tertawa
Saat itu aku beranjak belia dan sesaat dengan halmu kamu mendua
Kita tidak lagi bertukar tawa
Kamu tidak lagi mendokumentasikan lincahku
Aku tidak lagi merindukan bau kemejamu
Kita kira kita masih paham cinta
Tidak... Kita salah besar
Kamu melupakan rindu, aku terbiasa sendiri
Kamu menjinjing sibukmu, aku menanggung bebanku
Kamu dengan kewajibanmu, aku dengan hakku
Kita pernah punya mimpi saat kamu bercerita anganmu
Aku pernah belajar menerima saat kamu mendengar kataku
Kita pernah saling membunuh waktu di tiap malam
Kita pernah saling mengecup saat bulan temaram
Aku dan kamu tidak pernah bisa kembali
Ingin rasanya aku tetap dengan yang dulu
Tetapi saat ini, aku sudah bergincu
Tetapi saat ini, aku sudah menjaga maluku
Tetapi saat ini, aksaraku mampu memandu
Tetapi saat ini, adalah aku yang sekarang
Lalu aku memasuki duniaku sesungguhnya
Duniaku yang seperti bianglala
Terasa berdebar untuk menikmatinya
Namun kemudian waktuku habis dan aku harus turun
Aku tenggelam dalam luka dan marah dalam sakit
Kata mereka kamu tahu, tetapi kulihat kamu diam saja
Hati kecil berharap kamu di sampingku
Logika mengatakan kamu takkan pernah sepenuhnya menemani
Kemudian, aku dengan sakitku sendiri
Aku tak lagi mengaduh padamu
Aku ingin, tetapi rasa takut menahanku
Kemudian kali kedua aku memasuki dunia yang lain
Dunia yang memberiku harapan
Dunia yang seperti roller coaster
Aku ini manusia pecundang
Hanya keberanianku sendiri saja tak membuatku melangkah
Tetapi aku terbiasa sendiri lalu aku dengan keputusanku
Kami mencoba mengabaikan keburukan
Kami mencoba melawan keraguan
Namun cibiran dengan mudah menyayat dadaku
Seperti rasanya telingaku berdarah
Seketika mereka menghakimi lalu aku mencari-cari pelindungku
Itulah awal mula jawaban atas kerenggangan kita
Kamu mulai mengenali aku yang baru
Aku mencari cara menghadapi kamu yang berubah
Kita sama-sama menangis
Kamu dalam hatimu
Aku dalam malamku
Aku benci mengenali dirimu yang baru
Pun tak ingin melupakanmu
Kamu benci menghadapi aku yang berubah
Pun tak ingin aku sama
Kita saling berkata
Tak satu dari kita membuka telinga
Kamu berselimut amarah
Aku berbalut air mata
Berkali-kali merutuki jarak yang tak selaras dengan hati
Bagaimana bisa kami dekat tetapi terasa jauh?
Sampai pada malam kamu menulikan telinga
Menelan teori dan egomu
Menelan kebenaran yang selalu kamu pegang teguh
Dan aku berbicara dalam tangisku
Menahan sabar atas mampuku
Menahan luka atas ketidakpercayaanmu
Saat itu aku menyadari bahwa kita masih mencinta
Tetapi kita sudah lupa mencinta
Sialnya, kita tidak dapat mengulangnya
Bagaimana pun kita mencoba
Kamu mengusirku dalam kekecewaan mendalam
Kamu tidak mau melepasku pada bejat, katamu
Kamu mencintaiku sampai-sampai kamu membenciku
Aku berlari dalam luka yang mendalam
Aku menyerah pada asaku memberimu faham
Aku mencintaimu sampai-sampai aku membencimu
Kita saling membenci tapi tak ingin saling meninggalkan
Tetapi lelaki lain menantikan jawaban
Kamu mereda, tapi matamu menahan murka serta luka
Aku bertahan, tapi aku terlanjur terluka
Kamu bilang kamu mencoba ikhlas
Pun tak membuatku lega
Aku tahu cintamu tidak pernah padam
Tetapi tanpa pilihan aku hanya mengiya
Kita mengukir cerita baru, gaya baru serta lagak baru
Kamu benar-benar mencoba ikhlas
Sayangnya aku masih terluka
Aku takut sewaktu-waktu membangunkan amarahmu tanpa aku tahu
Mengingat parasmu yang memerah masih jadi mimpi burukku
Kamu gigih meyakinkanku pada ikhlas
Aku gigih memberimu fahamku
Kita tak lagi memberi tawa
Namun tatapan penuh makna
Iya, aku masih melihat cinta di sana
Sampai pada tangis malamku
Sesaat setelah siang itu kamu menepuk bahunya berhias tawa
Tangis itu tangis bahagia
Tangis atas rasa yang tak pernah kuduga
Tangis atas harap yang kusebut dalam doa
Tangis yang mengawali segala itikadku dalam memahamimu
Tangis yang meyakinkanku atas kasih sayangmu yang tulus
Kelak aku tahu kamu akan kehilangan
Itulah mengapa kamu selalu merindukanku
Ku mohon jangan menahan tangis
Ku mohon jangan memaksa senyummu
Ku mohon jangan membawa luka
Aku selalu cinta kamu, sekarang dan sampai mati
"Everyone could be my prince, but you always be my king."
Sepucuk surat cinta dari gadis
credit by Google Image

